Ketika tahun 2001, saya kuliah dibiayai dengan biaya 200rb per bulan dengan kos 90rb/bulan. Artinya saya punya 110 ribu untuk bertahan hidup 30 hari. Anda ndak usah tanya lagi apa itu cukup atau tidak. Ketika saya tidak lagi punya persediaan, semua celana-celana saya saya cek kantongnya satu per satu jangan-jangan ada uang yang tertinggal di dalam.
Suatu hari uang saya benar-benar habis. Mau minta kiriman, belum waktunya. Mau minta kakak, kasian. Mau ngutang, malu. Akhirnya saya bertahan mulai dari hari Senin. Hari senin saya puasa: sudah biasa. Hari selasa: saya mulai lapar. Hari rabu: jantung sudah mulai bergetar. Minum air jalan satu-satunya menahan lapar. Hari kamis: sudah mulai gemetaran naik tangga kos-kosan. Hari jumat: sudah mulai lemas. Akhirnya hari sabtu saya bisa makan karena ada program membantu anak SMA praktek di lab kami dan kami dapat makan. Bertahan dalam rasa malu untuk meminta atau mencuri, saya berpuasa dari Senin sampai sabtu tanpa makan sesendokpun hanya minum. Tapi saya tahu, itu bukan hidup yang saya inginkan. Saya tahu rasanya bagaimana sakitnya duduk dengan pacar yang sangat saya sayangi namun kita gak tahu apa kita bisa memberikan kehidupan yang baik bagi dia. Saya tahu rasanya, ketika orang lain membawa pacarnya jalan-jalan ke mall, nonton film, beli buku dll saya hanya bisa mengajaknya bercerita di depan kampus. Hidup apa yang seperti itu?
Saya pikir setelah saya lulus kuliah semua akan berubah. tapi penderitaan tidak cukup sampai di situ.
Setelah saya lulus, saya mengajar di suatu sekolah swasta di Luwuk Sulawesi Tengah. Hidup di kos-kosan dengan orang tua saya. Gaji saya sangat kecil sehingga saya bahkan tidak bisa membiayai makan kami. Ini sangat menyakitkan. Saya ingat ketika mama pulang dari tetangga yang adalah orang tua teman SMP saya. Mama berteman dengan pembantu mereka. Ketika mama pulang, dia membawa makanan. Yah, makanan sisa dari keluarga itu yang sudah tidak mereka makan lagi. Saya benar-benar ingat ketika saya menyendok makanan itu, menyuap ke dalam mulut saya sendiri dan ketika makanan itu saya rasakan, hati saya benar-benar sakit. Tertusuk. Bahkan seorang sarjana tidak bisa memberi makan mamanya sendiri? Mamanya mengemis-ngemis makanan sisa dari teman SMPnya? Saya melihat mama makan makanan itu dan saya menangis...
Saya tidak boleh hidup begini lagi.
Saya bertekad, tetapi perubahan hidup tidak terjadi seketika seperti kita membalikkan telapak tangan.
Saya menjadi PNS suatu hari dan menjalani hidup dengan lebih meyakinkan. Mama agak tenang karena anaknya sudah terjamin hidupnya. Kita tak perlu mengemis lagi walaupun mama masih bekerja. Tetapi hidup seperti itukah yang saya inginkan?
Bergaul dan menjadi bagian dari PNS selama 1 tahun lebih membuat saya mengerti bagaimana kehidupan mereka. Intinya: Yang pertama, kerjakan saja apa yang perlu kamu kerjakan, waktu akan menaikkan pangkat dan penghasilanmu dan yang kedua, resiko sebagai PNS untuk ditempatkan dimana saja sesuai dengan bagaimana caramu menempatkan diri dimata para pejabat.
Suatu hari saya melihat daftar gaji PNS. Golongan saya III A mempunyai gaji sekitar 1,5juta. berapakah gaji golongan yang katakan saja seperti kepala sekolah saya IVA? yups.. 3 juta lebih. Kapan saya mencapai itu? saya hitung-hitung, dan hasilnya ketika saya mencapai umur hampir 50 tahun. Apakah ini hidup yang saya inginkan?
Pada saat itu saya ditempatkan di pedesaan dan saya ingin pindah ke kota. Karena kemampuan saya melatih korsik (korps musik, drumband) yang sering dipakai di upacara kabupaten, kepala dinas memindahkan saya ke kota. Namun, kepala sekolah tidak berkenan dan menggugat hal itu ke Bupati. ketegangan terjadi, melibatkan begitu banyak konflik, emosi dan sakit hati.Ujungnya, saya dan kepala dinas kalah. Saya harus kembali bertugas di sekolah, di bawah kepala sekolah yang sudah melukai saya. Dari pembicaraan yang saya tangkap, tidak peduli sekalipun tidak ada pekerjaan berguna yang saya lakukan di sekolah itu (non job), asal saya bisa tunduk, kembali ke sekolah itu like a looser.
Saya ingat benar sore itu saya melihat halaman sekolah dan bertanya: Frans, what are you doing? You settle for the less than you worth. Kamu ngapain di sini Frans? Apa kamu tidak merasa bahwa kamu pantas untuk sesuatu yang lebih besar? Apa kamu tidak merasa bahwa mamamu pantas dapat kehidupan yang lebih baik? Apa kamu akan memasukkan istri masa depanmu dalam kehidupan yang seperti ini?
Saya sadar, saya hanya main aman.
Saya kemudian berdiri, dan saat tak terlupakan itu adalah saat terpenting dalam kehidupan saya yaitu ketika saya MEMUTUSKAN untuk menjalani kehidupan yang saya inginkan. Sore jam setengah empat, saya menstater motor saya ke arah barat, saya memutuskan untuk meninggalkan PNS dan hidup yang tidak pantas saya jalani. Saat itu sepertinya suatu beban hidup yang sangat berat sudah saya tinggalkan. Saya melaju menuju cahaya, saya melaju menuju impian.
Singkat cerita, saya menemukan Fiverr.
Saya belajar, berusaha, selalu tes dan ukur. Bereksperimen dengan Fiverr. Memang ada godaan untuk berhenti di tengah jalan dan mencoba yang lain. Screenshot bertebaran di timeline, jargon-jargon yang mengatakan passive income dimana-mana. untungnya saat itu sudah jelas bagi saya, kesuksesan orang itu tidak bisa diuukur dari dimana mereka bekerja, bidang apa yang mereka tekuni tetapi seberapa baik mereka di bidang itu. Dan breakthrough itu datang ketika suatu ketika saya bisa menghasilkan Rp.15juta dalam 2 minggu.
Ingat saja, ketika suatu saat anda berada dalam situasi kehidupan yang tidak anda inginkan. Anda selalu punya pilihan.
Ingatkah anda bagaimana rupa anda waktu umur 3 tahun? Bayangkan anak kecil itu di depan anda sekarang. Anak kecil itu suatu saat akan menjalani suatu hidup yang keras, suatu hidup yang akan menuntut banyak hal darinya. Ketika masyarakat dan lingkungan menuntut sesuatu yang membuat dia untuk memilih hidup yang nyaman. Suatu saat dia takut untuk menjalani mimpinya, suatu saat dia merasa tidak pantas dan tidak cukup baik dan mampu. Bukankah anda merasakan cinta yang amat dalam terhadap anak kecil itu? Peluk dia, cium dia, dan cintai dia. Anak itu mungkin ketakutan untuk menjalani kehidupannya saat ini. tetapi anda tahu, anak kecil itu sudah hebat apa adanya dia. Dia tak perlu membuktikan dia hebat kepada keluarganya, dia tidak perlu membuktikan dia bisa kepada masyarakat. Pokoknya anda tahu, dia cukup.
Sampaikan salam saya kepada anak itu, yang kini terjebak dalam tubuh dewasa anda.
Kalau memang benar anda mencintai anak itu, katakan bahwa dia berhak dan pantas untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, kehidupan impiannya. Dan anda-lah yang bertanggungjawab memberikan kehidupan itu kepadanya. Kapan saja anda siap, anda bisa MEMUTUSKAN untuk memberikan yang terbaik kepadanya.
Saya, Fransiskus Hadi Prasetyo adalah teman anda dalam perjalanan kehidupan ini.
Love you, little kid!
